Kondisi Patah Hati Yang Harus Ke Psikolog

3 Efek Putus Cinta yang Membutuhkan Penanganan Psikolog oleh SegiEmpatKonflik yang berujung pada berakhirnya hubungan asmara yang dijalin seseorang bersama kekasihnya tentu saja akan menjadi suatu kondisi yang mengharuskan dirinya menghadapi masa-masa sulit pasca hubungjan asmara kedua kandas. Sebagian wanita mampu untuk kembali move on dari mantan kekasihnya. Meskipun demikian bagaimana kondisi bagi mereka kaum wanita yang tidak mampu move on dari sang mantan.

Wanita yang belum mampu move on dari masa lalu asmaranya dengan sang mantan tentu saja akan menghadapi beberapa kemungkinan. Stalking dengan kehidupan sang mantan tentang kehidupannya saat ini, mencari tahu kehidupannya dari teman sang mantan bahkan lantaran belum bisa move on, pada akhirnya ia pun masih saja menyandang status single hingga waktu yang lama. Tentu menjadi suatu masalah yang serius disaat wanita yang telah menginjak usia matang, belum mengakhiri masa lajang. Dapat dimungkinkan ia pun kelak akan menyandang status single tersebut selama-lamanya.

Pada wanita yang belum ammpu bangkit dari masa lalukehidupan asmaranya bersama sang mantan, tentu saja memiliki fakta yang berbeda-beda. Parahnya adalah putusnya hubungan beberapa dari mereka pada jalinan cinta yang pernah ia jalin dengan sang mantan membuatnya depresi. Depresi tentunya menjadi suatu kondisi yang membutuhkan perhatian yang serius dari segi psikis. Kondisi demikian tentu saja dikhawatirkan akan merusak mental bagi mereka yang mangalami putus cinta. Oleh karena itu, peran psikolog pada kondisi demikian tentunya sangat dibutuhkan untuk kembali memulihkan kondisi seseorang yang mengalami depresi pasca putus cinta.

Lantas kondisi apa saja selain depresi yang dirasakan wanita sehingga ia membutuhkan penanganan langsung secara psikis dari seorang psikolog? Salah seorang psikolog dibidang klinis yang sekaligus lulusan Master Psikologi, Universitas Indonesia, dan Master of Health Profession Education, Universitas New South Wales, Australia, Rosdiana Setyaningrum pun mengutarakan beberapa kondisi yang dialami wanita sehingga ia pun membutuhkan penanganan secara psikis dari psikolog. Berikut tiga kondisi yang merupakan efek yang ditunjukkan seseorang pasca putus cinta antara lain :

1. Masih Sedih Dalam Jangka Waktu yang Sudah Cukup Lama

Jika hubungan seseorang kandas, maka masa awal terlebih pada minggu pertama dan kedua menjadi waktu tersulit baginya yang tetap harus dihadapi. Sedih, berteriak dan menangis menjadi beberapa hal yang seringkali ditunjukkan wanita saat hubungan asmara mereka berakhir dengan sang mantan. Namun, jika kondisi demikian dirasakan oleh seorang wanita hingga dalam jangka waktu yang lama misalnya sudah setahun hubungan asmaranya berlalu dengan sang mantan dan ia pun merasa sedih. Maka kondisi demikian sudahlah harus dipandang sebagai suatu hal yang serius untuk ditangani.

“Sebenarnya tidak ada batasan karena setiap orang berbeda-beda, tapi mungkin kalau setahun lebih masih belum dapat menerimanya, bisa meminta bantuan psikolog,” ujarnya.

Hubungan asmara yang telah terbina cukup lama dengan sang mantan tentu saja dapat sulit untuk membuatnya lupa. Namun, jangka waktu yang cukup lama masih saja membuatnya bersedih sebaiknya membutuhkan pengilhaman secara piskis dari seorang psikolog. Terlebih jika pada kondisi demikian, Anda maupun kerabat Anda yang mengalaminya, maka baiknya Anda psikolog tentu mengetahui langkah terbaik untuk mengembalikan rasa percaya dirinya.

2. Menunjukkan Sikap yang Mengkhawatirkan


Emosi tentu menjadi ekspresi seseorang disaat mereka merasa sedih. Tentulah setiap orang memiliki karakter sehingga membuat mereka menunjukkan reaksi yang beragam pasca putus cinta. Move on ataupun tenggelam dalam rasa terpuruk adalah dua kemungkinan yang dihadapi wanita saat hubungan asmaranya berakhir. Jika pilihannya move on maka seseorang yang mampu melakukannya dapat menjadikan kegagalam kehidupan asmaranya sebagai suatu pengalaman dan pelajaran berharga baginya. Tentu dengan tujuan agar hubungan asmara yang kelak ia jalani dapat menjadi lebih baik dan lebih matang.

Namun jika seseorang berada pada kemungkinan yang kedua yaitu terpuruk maka dapat pula dimungkinkan seseorang akan menunjukkan sikap-sikap yang tentu tidak hanya merusak mentalnya melainkan dapat pula membuat mereka yang berada dalam lingkungannya menjadi tidak nyaman. Maka pada kondisi demikian, peranan psikolog sangatlah dibutuhkan. Misalnya seseorang yang mengalami putus cinta dan membawa pengaruh negatif pada dirinya misalnya dengan menggunakan narkoba ataupun mengkomsumsi minuman beralkohol ataupun membuatnya tidak lagi fokus pada pendidikan ataupun pekerjaannya. Maka pada kondisi demikian pula psikolog menjadi salah satu jalan keluar untuk membuatnya lebih baik. “Butuh bantuan psikolog juga dilihat sampai sejauh mana tingkah lakunya mengganggu kehidupan dan lingkungannya,” papar lulusan Master Psikologi, Universitas Indonesia, dan Master of Health Profession Education, Universitas New South Wales, Australia ini.

3. Depresi

Kemungkinan depresi bisa saja dapat dialami oleh setiap orang yang tidak bisa menerima dengan lapang dada berakhirnya jalinan asmara yang telah ia bangun dengan sang mantan kekasih. Pada kondisi ini, tentunya depresi menjadi suatu gejala yang membutuhkan perhatian yang serius. Bukan saja merusak mental, kondisi depresi yang semakin parah dapat memingkinkan seseorang menjadi lose kontrol bahkan dapat membuatnya menjadi ‘gila’. Sehingga pada tingkat demikian, depresi yang dialami seseorang pasca putus cinta haruslah mendapatkan penanganan sejak dini dari psikolog. Diana pun menuturkan seseorang yang mengalami depresi sebaiknya bisa mendapatkan penanganan langsung dari psikolog untuk meminimalisir segala kemungkinan buruk yang bisa saja dialami nantinya jika tidak diantisipasi sejak dini.

Categories: Share

Leave a Reply